.
Hidup
ini penuh dengan perjuangan. Kata itulah yang saya yakini sejak 9 tahun lalu di
dalam diri ini, karena perjuangan hidup saya rasanya baru dimulai semenjak berada
di kelas 8 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ketika sedang benar-benar butuh
motivasi khususnya saat ini, seringkali saya mengingat-ingat perjuangan di masa
lalu sebagai pengingat supaya lebih bersyukur dan kembali bersemangat menjalani
hidup ini. Akhirnya, pada saat ini saya memutuskan untuk menulis beberapa bagian
perjuangan yang pernah saya lalui sebagai bahan pengingat diri dan juga semoga
bisa jadi sumber semangat teman-teman sekalian yang membaca ini :).
.
Perjuangan
Masa Akhir SMP
Dahulu
kala, ketika mengenyam pendidikan di SMP saya diberikan berbagai pengalaman
yang cukup menarik, salah satunya adalah berteman dengan salah satu jagoan di
SMP saya. Alhasil lingkungan pergaulan saya pun tidak jauh-jauh dari kumpulan ‘anak-anak
bandel’, yang bolos pelajaran di kamar mandi terus main kartu remi, berantem
antar kelas, tauran antar sekolah, pulang sekolah numpang truk atau kontainer,
dll. Dulu saya seringnya itu pulang sekolah numpang truk kontainer dan tidak
jarang terlibat tauran karena terpaksa (lagi nebeng di kontainer eh tau-tau ada
sekolah lain yang lagi nebeng juga muncul entah dari mana, terus berlanjut ke
ejek-ejekan dan pecahlah perang jalanan, *bukan perang dunia, hha).
Tapi,
alhamdulillah kebandelan saya berhenti ketika perpindahan semester ganjil ke
genap saat kelas 8 SMP. Saat itu saya dipanggil ke ruang guru, diberikan
wejangan (ceramah) oleh guru IPA karena nilai yang sangat buruk akibat jarang
mengerjakan PR dan saat ulangan selalu dapat nilai pas-pasan (jelek), hha. Saat
ini, saya sangat bersyukur diceramahin oleh beliau pada saat itu, intinya
beliau berpesan “Kamu tidak kasihan dengan orangtua mu yang sudah susah payah
bekerja keras untuk membiayai sekolah kamu hingga saat ini ?”, seketika saya
merasa sangat bersalah, entah bagaimana caranya kata tersebut bisa membuat saya
tersadar, kalau dibaca sekarang sih menurut saya biasa aja kata”nya. Mungkin
saat itu momen yang tepat dan diucapkan sama orang yang tepat ya ?
Saat
semester genap kelas 8 dimulai saya benar-benar berjanji dalam diri saya supaya
lebih serius dan bertanggung-jawab, alhamdulillah dengan otak yang pas-pasan
ini saya bisa membuktikannya, saya berhasil mendapatkan nilai sempurna di semua
ulangan IPA, diikuti dengan pelajara lain yang alhamdulillah nilainya mengalami
peningkatan. Saat akhir semester, guru IPA saya bersenyum dan memberikan
selamat ke saya. Bahagia dan bangga sekali rasanya. Mulai dari situ saya
berjanji supaya selalu berjuang dan serius dalam menjalani segala hal.
Saat
kelas 9 sampai menjelang kelulusan saya berusaha semaksimal mungkin untuk
menjadi lebih baik, bahkan bermimpi menjadi yang terbaik. Ketika akhir kelas 9
sekolah saya mempunyai program intensif yang dikhususkan untuk anak-anak yang
berprestasi (rangking 3 besar pada saat semester ganjil kelas 9). Sewaktu
semester ganjil, alhamdulillah saya mendapat rangking 4 (sebelumnya dari kelas
7 sampe kelas 8 akhir saya tidak pernah dapet rangking *seinget saya, wkwk.
Atau pernah gitu tapi tidak sampai 5 besar). Otomatis saya tidak bisa ikut
program itu dong. Tapi alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk ikut,
entah apa pertimbangan guru-guru saat itu, mungkin saya terlihat lebih serius ?
hha. Pada akhirnya ketika kelulusan diumumkan, alhamdulillah saya sangat
bersyukur bisa menjadi yang terbaik di kelas, walaupun belum bisa menjadi
terbaik di sekolah, saya tetap bahagia dan bersyukur karena dapat senyum dan
ucapan selamat dari wali kelas saya, hhe.
.
Perjuangan
Awal SMK
Ketika
dinyatakan lulus dari SMP, mulailah saya menentukan untuk melanjutkan sekolah
kemana, SMA atau SMK. Dulu, saat mencari info, saya mendapatkan info yang
menyebutkan sekolah di SMK saja, nanti mudah untuk cari kerja, atau bisa kerja
sambil kuliah. Tapi, tidak semudah itu FERGUSO, trust me, wkwk. Tetapi pada
akhirnya saya memilih SMK. Banyak sekali cobaan untuk masuk SMK ini, mulai dari
saat berangkat untuk tes motor temen saya nabrak pohon sampe tangan saya luka
(saya dibonceng), wkwkwk. Saya tidak habis pikir kenapa teman saya bisa nabrak
pohon yang diam doang di pinggir jalan.
Pada
saat pengumuman tahap pertama (hasil tes potensi akademik meliputi pelajaran
sains dan psikotes) saya dinyatakan TIDAK LULUS. Iya, tidak lulus, karena nilai
bahasa inggris saya NOL. Saya heran kenapa bisa 0. Pada saat saya protes dan
menelfon pihak panitia mereka bilang saya diindikasi tidak mengikuti ujian
bahasa inggris dengan tidak ditemukannya kertas jawaban ujian saya. Tidak masuk
akal sekali, padahal ujian bahasa inggris saat itu langsung diadakan setelah
ujian matemaika tanpa adanya jeda istirahat dan nilai matematika saya saat itu
aman-aman saja. Protes saat itu hasilnya nihil, saat itu saya benar-benar
bingung, karena jika sudah memilih suatu sekolahan yang bertitel RSBI (Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional *katanya) kalau tidak lulus kemungkinan besar
akan bersekolah di sekolah swasta karena sekolah negeri seleksinya serentak.
Setelah
curhat kesana dan kesini, alhamdulillah saya diberi kemudahan. Ketika saya
cerita ke wali kelas saya saat kelas 9 ternyata suami beliau salah satu guru di
SMK tersebut. Alhasil panitia disana mau bertanggung jawab untuk mencari lagi
lembar jawaban saya yang mungkin terselip di ribuan lembar jawan lain dan
akhirnya ketemu dan saya dinyatakan lulus di tes tahap pertama tersebut. Saya
langsung skip ke tahap terakhir yaitu setelah pengumuman nilai UN keluar. Nilai
tersebut menjadi salah satu penentu nilai akhir untuk masuk SMK tersebut.
Disini saya mendapatkan suatu cobaan lagi. Data nilai UN saya di pengumuman SMK
tersebut berbeda sama nilai UN saya yang sesungguhnya. Disana nilai UN saya
rata-ratanya jadi 5.6 padahal aslinya 8. Karena nilai tersebut posisi saya
menjadi ketiga sebelum posisi terakhir siswa yang diterima disana. Tadinya saya
mau protes, tapi saya biarkan saja, alhamdulillah yang penting udah diterima.
Jujur saya kesal sekali sebenarnya, tapi saya hanya berjanji saat itu supaya
bisa benar-benar beprestasi di sekolah ini, supaya mereka yang bermain-main
dengan nilai saya minimal bisa merasa bersalah, hhe.
.
Perjuangan
Pertengahan dan Akhir SMK
Setelah
berhasil diterima di SMK saya benar-benar memulainya dengan penuh ambisi—positif
, hhe. Kesalahan pada saat SMP tidak mau saya ulang. Alhamdulillah temen-temen
disini juga mendukung, pergaulannya tidak seperti di SMP. Alhasil saat kelas 11
saya dipercayai mewakili lomba untuk jurusan TKJ dimana saya orang pertama yang
mewakili jurusan tersebut karena saya angkatan pertama, hha. Bersyukur banget
bisa menang tingkat kabupaten, walaupun pada akhirnya harus berhenti sampai
tingkat provinsi karena memang pengalaman di sekolah saya masih kurang di bidang
TKJ dan kemampuan saya hanya sampai disana.
Selanjutnya
adalah pengalaman magang. Saat itu karena saya ikut di berbagai lomba (gaya nya
berbagai lomba, padahal mah tidak banyak kok, wkwk). Pelaksanaan magang saya
jadi terlambat. Untungnya saat itu ada temen seperlombaan yang jadi telat juga
magangnya. Jadilah kami mencari tempat magang bersama-sama. Padahal waktu itu kami
dijanjikan dapat tempat magang karena sudah mengabdi (mewakili sekolah lomba),
tapi nihil, hha. Kami cari sendiri tempat magang, sampai-sampai waktu itu kami
mau nyasar ke bandara soekarno-hatta karena salah pilih jalan, terus mau
dipukulin sama gerombolan sekolah lain (entah anak-anak sana *Jakarta Utara
sensitif banget, kami berdua disamperin belasan orang, tiba-tiba nannya anak
mana terus mereka ngeluarin benda tajam dari tasnya. Untung saya masih bisa
ngomong dan jelasin baik-baik, hha). Pulang dari sana saya pas sholat di rumah saya
nangis, serius nangis, haha. Rasanya kok berat banget hidup ini, nyari tempat
magang aja susahnya minta ampun, mau nyasar, mau dipukulin, dll. Disitu saya
berdoa supaya dikasih jalan dan kemudahan dan ahamdulillah tidak lama dari hari
itu kami diberikan tempat magang yang benar-benar enak dan benar-benar dapat
pengalaman yang berharga.
Sebenarnya
masih ada beberapa masa-masa di pertengahan SMK yang bisa diceritain tapi
bakalan terlalu panjang, jadi langsung skip ke masa akhir aja ya.
Saat
akhir semester kelas 12, saya dan beberapa teman dari masing-masing jurusan
dipercayai untuk ikut sebuah tes IQ yang diadakan oleh dinas pendidikan DKI
Jakarta, dimana beberapa orang dengan nilai IQ tertinggi akan diberikan
persiapan intensif untuk pesiapan UN saat itu. Tujuannya supaya bisa mendapatkan
nilai UN yang setinggi-tingginya. Saat itu saya menjadi salah satu yang
mewakili jurusan TKJ. Pada saat pengumuman dan pengambilan hasil di ruang guru.
Saya gagal ikut bimbingan tersebut, karena IQ saya B aja, wkwk. Wali kelas dan
guru PPKN saya bertanya ke saya “fan kok kamu kalah sama si A yang jurusan X,
padahal kan anak TKJ terkenal pintar-pintar”. Saat itu saya jawab aja “Wah pak
kalo nyari yang pintar salah orang Pak misalnya milih saya. Otak saya mah
biasa-biasa aja, saya bisa sampai saat ini karena kerja keras, hhe. Walaupun
saya tidak ikut bimbel tersebut InsyaAllah saya janji akan berjuang semaksimal
mungkin”.
Pada
akhirnya, hari demi hari berlalu dan pelaksanaan ujian nasional pun semakin
dekat. Segala usaha dan doa sudah dilakukan, salah satunya adalah menempel
target nilai dan doa di dinding kamar tidur (Nilai MTK: 10, B.INDO: 10, B.ING:
10, Jurusan: 10, gk masuk akal, wkwk). Skip, akhirnya waktu ujian pun datang,
alhamdulillah saat itu berjalan lancar berkat doa dan usaha, hhe. Hari
pengumuman pun tiba dan disitu saya merasa sedikit tidak percaya karena menjadi
siswa peraih nilai UN terbaik di sekolah, bahkan di tingkat Jakarta Utara. Doa
saya saat SMP terkabul, saat itu saya hanya bisa mengucapkan syukur
alhamdulillah. Semua ini berkat doa orangtua, guru-guru dan juga dukungan
teman-teman saya, hhe.
Kurang
lebih itulah perjuangan saya semasa SMP sampai SMK. Semoga ceritanya bisa
bermanfaat.
No comments:
Post a Comment